Kamis, 03 Desember 2009

Cerita Tentang Kedai Kopinya Paman Howie

Berbagai hal yang dilakukan oleh Paman Howie sebagai pendiri Sturbucks yang mengambil alih lagi posisi CEO akibat buruknya prestasi penerusnya memang dalam rangka menghorisontalkan kedai kopinya, seperti yang tercermin di level strategi dan dan juga di lapangan. Di level taktikal, banyak yang kita dapat lihat di dalam berbagai inisiatif seperti kampanye "The Way I See It", "Nutrition by the Cup", ”mystarbucksidea”, ”Earth Contest” dan lain sebagainya. Hal ini sekiranya menunjukkan bahwa tidak perlu terlalu rumit untuk menerapkan praktik New Wave Marketing, asalkan ada kemauan yang jelas dari level atas. Asalkan pula mau merobohkan mental praktek lama yang vertikal. Satu juga yang penting adalah gagasan-gagasan kreatif dan keberanian untuk menerapkannya dalam praktik sehari-hari.(dikutip dari Artikel Tentang Kedai Kopinya Paman Howie,Kompas 29 November 2009)
Seperti yang oleh sebagian filsafah hidup, bahwa terkadang bahkan yang lebih seringnya terjadi adalah bahwa ketika masalah sedang muncul, sebenarnya di saat itu pula ada pilihan akan sebuah hadiah diambil atau nggak. Hal ini pula yang terjadi pada perusahaan ini, dimana ketika banyaknya pelanggan yang merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan pihak sturbucks, yang kemungkinan bisa mematikan perusahaan ini secara perlahan, malah menjadi pemicu munculnya sebuah inisiatif baru bagi pendirinya yaitu memanfaatkan jasa pelayanan online seperti facebook, youtube, dll
Dapat dikatakan hampir seluruh umat dunia sudah mengenal dunia internet khususnya facebook yang sangat begitu diminati. Nah dengan inisiatif sturbuck itu tadi, maka secara otomatis seakan undangan bagi setiap pelanggan sturbucks untuk dapat ikut andil dalam memberi pendapat bagi sturbucks.
Hal ini pastinya akan sangat membantu dalam pengembangan Sturbucks sendiri. Dan dengan hal ini pula, Sturbuck sendiri juga berinisiatif menurut sertakan para pelanggan untuk memberi ide tentang cita rasa kopi yang dianggap dapat memuaskan pelanggan yang sedang menikmatinya. Walaupun untuk hal tersebut , Sturbucks harus mengeluarkan sedikit biaya untuk memberi penghargaan pada pemberi ide yang dianggap inovatif, guna memacu minat pelanggan untuk member ide, namun kemungkinan para pelanggan akan semakin senang dengan inovasi inovasi yang dilakukan pihak sturbucks ini akan sangat besar karena secara tak langsung pelanggan akan merasa turut berperan aktif dalam menciptakan cita rasa kopi bagi sturbuck sendiri.
Bukan hanya itu saja, Sturbuck juga mampu menembus pemikiran pelanggan saat ini yaitu tentang hobby pelanggan yaitu menikmati sesuatu sambil bisa bersantai bersama rekan rekannya. Ide ini dianggap sangat inovatif, apalagi ditambah dengan adanya pelayanan hotspot . Untuk itu Sturbuck telah berhasil membuat sebuah suasana dimana akan dapat menciptakan suasana yang sangat nyaman bagi para pelanggan.
Karena Pelanggan Adalah Raja. Dan Sturbucks telah mampu mencapainya

Minggu, 29 November 2009

tes

Rheinald Kasali: Teori Marketing AS Harus Disesuaikan Kondisi Indonesia(Kompas, Rabu, 15 Juli 2009)

Saya cukup setuju dengan pernyataan beliau ini. Memang pada kenyataannya Negara kita belum bias disamakan dengan keadaan Negara adidaya tersebut. Dimana ketika sebuah Negara dipaksa untuk berubah dengan berdasarkan teori yang ada tanpa tahu secara pasti praktik penerapannya, maka bias jadi bukannya kebaikan yang datang, malah membuahkan suatu hal yang negative.

Hal ini dapat kita misalkan dari teori Philip Kotler (putra kelahiran Chichago, Illinois Amerika Serikat, sebagai salah satu marketers terkenal di dunia) yang menyatakan bahwa “ Dulu marketing hanya dapat dilakukan oleh tenaga marketing, tapi sekarang semua orang dapat melakukannya sekarang”. Memang pada kenyataan yang dapat kita sudah jalas kita ketahui saat ini adalah bahwa dalam pengembangan marketing yang ada, hal yang terpenting adalah kekreatifan seseorang dalam mengembangkannya. Dan kita tahu juga bahwa semua orang memiliki talenta itu, sekalipun masih banyak diantara kita yang belum ,memanfaatkannya secara maksimal. Jadi pernyataan Philip Kotler dapat dibenarkan 100%. Sebenarnya…

Hal inilah yang sudah banyak disadari oleh masyarakat Amerika Serikat terlebih dahulu dimana bisa dikatakan bahwa mereka memiliki mind set yang berbeda jauh dari pemikiran masyarakat Indonesia sendiri. Semua orang juga tahu bahwa orang Amerika Serikat adalah Negara yang berani menanggung resiko.(saat ini saya lebih mengkhususkan perbedaan antara Amerika Serikat dan Indonesia sendiri, karena secara kebetulan teori yang ada berasal dari warga AS sendiri, Philip Kotler, yang mencoba menerapkan teori marketingnya di Indonesia). Dan dalam mengembangkan marketing dibutuhkan keberanian untuk mengubah system secara radikal namun sudah dengan pemikiran yang matang dan juga persiapan untuk menerima resiko yang besar pula. Dan itu sudah dapat diterapkan di Negara adidaya tersebut.

Beda dengan pemikiran masyarakat yang menginginkan keuntungan sebesar besarnya namun tidak berani menanggung resiko. Mind set yang sudah tertanam di pemikiran masyarakatnya lah sebenarnya yang menjadi penyakit terbesar bagi Indonesia. Segala macam cara yang bersifat curang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan sebesar besarnya. Padahal pengertian marketing itu sendiri adalah bagaimana kita mampu maneghasilkan keuntungan sebesar besarnya namun tetap dapat memuaskan konsumen semaksimal mungkin, bukannya malah merugikan si konsumen. Nah, tapi penyakit inilah yang sudah menular di banyak pihak di Indonesia.

Itulah sebabnya saya membenarkan pernyataan Rheinald Kasali. Namun saya juga tidak manyalahkan teori Philip Kotler. Hanya ungkin yang perlu diperbaiki adalah di pihak masyarakat Indonesianya sendiri. Dan yang terpenting untuk terlebih dahulu dilakukan adaalh bagaimana mengubah mind set masyarakat menjadi manusia yang berani tampil kreatif dan berani menanggung resiko(dimana maksudnya adalah bukan menginginkan resiko, tapi memandang hal positif terlebih dahulu terhadap usaha yang dilakukan dengan pertimbangan akan resiko yang akan didapat sudah dipikirkan secara lebih matang) guna pengembangan system marketing di Indonesia.

Marketing