Minggu, 29 November 2009

tes

Rheinald Kasali: Teori Marketing AS Harus Disesuaikan Kondisi Indonesia(Kompas, Rabu, 15 Juli 2009)

Saya cukup setuju dengan pernyataan beliau ini. Memang pada kenyataannya Negara kita belum bias disamakan dengan keadaan Negara adidaya tersebut. Dimana ketika sebuah Negara dipaksa untuk berubah dengan berdasarkan teori yang ada tanpa tahu secara pasti praktik penerapannya, maka bias jadi bukannya kebaikan yang datang, malah membuahkan suatu hal yang negative.

Hal ini dapat kita misalkan dari teori Philip Kotler (putra kelahiran Chichago, Illinois Amerika Serikat, sebagai salah satu marketers terkenal di dunia) yang menyatakan bahwa “ Dulu marketing hanya dapat dilakukan oleh tenaga marketing, tapi sekarang semua orang dapat melakukannya sekarang”. Memang pada kenyataan yang dapat kita sudah jalas kita ketahui saat ini adalah bahwa dalam pengembangan marketing yang ada, hal yang terpenting adalah kekreatifan seseorang dalam mengembangkannya. Dan kita tahu juga bahwa semua orang memiliki talenta itu, sekalipun masih banyak diantara kita yang belum ,memanfaatkannya secara maksimal. Jadi pernyataan Philip Kotler dapat dibenarkan 100%. Sebenarnya…

Hal inilah yang sudah banyak disadari oleh masyarakat Amerika Serikat terlebih dahulu dimana bisa dikatakan bahwa mereka memiliki mind set yang berbeda jauh dari pemikiran masyarakat Indonesia sendiri. Semua orang juga tahu bahwa orang Amerika Serikat adalah Negara yang berani menanggung resiko.(saat ini saya lebih mengkhususkan perbedaan antara Amerika Serikat dan Indonesia sendiri, karena secara kebetulan teori yang ada berasal dari warga AS sendiri, Philip Kotler, yang mencoba menerapkan teori marketingnya di Indonesia). Dan dalam mengembangkan marketing dibutuhkan keberanian untuk mengubah system secara radikal namun sudah dengan pemikiran yang matang dan juga persiapan untuk menerima resiko yang besar pula. Dan itu sudah dapat diterapkan di Negara adidaya tersebut.

Beda dengan pemikiran masyarakat yang menginginkan keuntungan sebesar besarnya namun tidak berani menanggung resiko. Mind set yang sudah tertanam di pemikiran masyarakatnya lah sebenarnya yang menjadi penyakit terbesar bagi Indonesia. Segala macam cara yang bersifat curang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan sebesar besarnya. Padahal pengertian marketing itu sendiri adalah bagaimana kita mampu maneghasilkan keuntungan sebesar besarnya namun tetap dapat memuaskan konsumen semaksimal mungkin, bukannya malah merugikan si konsumen. Nah, tapi penyakit inilah yang sudah menular di banyak pihak di Indonesia.

Itulah sebabnya saya membenarkan pernyataan Rheinald Kasali. Namun saya juga tidak manyalahkan teori Philip Kotler. Hanya ungkin yang perlu diperbaiki adalah di pihak masyarakat Indonesianya sendiri. Dan yang terpenting untuk terlebih dahulu dilakukan adaalh bagaimana mengubah mind set masyarakat menjadi manusia yang berani tampil kreatif dan berani menanggung resiko(dimana maksudnya adalah bukan menginginkan resiko, tapi memandang hal positif terlebih dahulu terhadap usaha yang dilakukan dengan pertimbangan akan resiko yang akan didapat sudah dipikirkan secara lebih matang) guna pengembangan system marketing di Indonesia.

Marketing